Apa Yang Membuat Masyarakat Betawi Banyak Yang Tertinggal?

Di Jakarta tentunya sangat dikenal dengan masyarakatnya yang mayoritas lahir dari Suku Betawi, suku ini sangat kental dengan budayanya, karena dahulunya bekas peninggalan empunya yang terdahulu. Budaya Betawi sangat dikenal melalui pembelajaran-pembelajaran yang diberikan sejak sekolah dasar, beberapa aset terpenting peninggalan sejarah Suku Betawa yang masih bertahan hingga saat ini seperti ondel-ondel dan kerak telor.
Silat Khas Betawi
Sumber: IDN Times
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi tentang keturunannya jarang yang berhasil dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi, padahal tidak sedikit dari beberapa tokoh terkenal yang berasal dari Suku Betawi yang berhasil termasuk Fauzi Bowo, Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb.

Orang-orang Betawi sangat menghargai budaya yang mereka warisi, terbukti dari perilaku mereka memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lainnya.

Ada beberapa hal positif dari masyarakat Betawi, yaitu jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebihan dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua mereka (terutama yang beragama Islam) kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme, hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dengan pendatang dari luar Jakarta.

Lalu Apa Saja Yang Membuat Mereka Tertinggal Sekarang?

Sebelumnya kita akan membahas Suku Betawi yang tinggal dipermukiman yang terkenal dengan daerahnya yang memiliki banyak masyarakat Betawi asli. Tentunya jawaban ini pastinya akan menimbulkan konflik, tapi tidak mempresentasikan seluruh masyarakat Betawi.

Masyarakat Betawi Mengalami Penggusuran Dimana-Mana Pasca Indonesia Merdeka

Salah satu mengapa banyak orang mengasumsikan masyarakat Betawi memiliki nilai yang negatif adalah hal ini, karena pada masa Soekarno-Hatta menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Soetta memerintahkan perombakan besar-besaran pasca Indonesia merdeka yang dimana pada saat itu orang-orang Betawi yang tinggal hampir di seluruh Ibu Kota Jakarta mengalami penggusuran besar-besaran untuk membangung Ibu Kota pasca merdeka, hingga saat ini masyarakat Betawi tersebar menjadi ke beberapa bagian di Jakarta, salah satunya berada di Rawabelong, Tebet, Depok, dan lain-lain.

Masyarakat Betawi suka menjual tanah yang pada saat itu memiliki nilai jual yang tinggi

Terlebih hal ini sering saya dengar oleh berbagai macam orang yang saya temui di DKI Jakarta tentunya, saya menanyakan tentang ketertinggalan masyarakat Betawi, banyak orang-orang yang banggapan karena masyarakat Betawi suka menjual tanahnya dimana-mana, ironinya karena poin di atas tadi dan keputusan dari presiden Soekarno yang menyebabkan masyarakat Betawi pada saat ini tanahnya hanya menjadi sebuah halusinasi semata.

Seperti yang diceritakan di film si Doel

Di film Doel, diceritakan bahwa ayahnya tidak bisa jauh dari bantal dan bale (bermalas-malasan), terlalu santai, mereka juga condong lebih menikmati hidup dan tidak ambisius. Asalkan mereka bisa berkumpul dan bersilahturahmi, serta memiliki uang dan bahan makanan untuk besok, apalagi jika tidak memiliki hutang, bagi mereka itulah kebahagiaan sebenarnya.

Kurangnya Aspek Terhadap Modernisasi Di Era Serba Cepat

Masyarakat Betawi yang tinggal di daerah permukiman tersebut sangat memiliki keterbatasan dalam perkembangan, baik itu dalam lingkungan, pendidikan, karir, sosialisasi, dan hal lain yang membuat ketertinggalan. Tapi ada beberapa hal unik yang dimiliki orang-orang Betawi, walaupun tempat yang mereka tinggali sangat kecil, tetapi mereka memiliki tingkat solidaritas yang tinggi, memiliki anak dan cucu yang banyak, akan tetapi tetap akur.

Salah Dalam Mengartikan Agama Sebenarnya

Masyarakat Betawi lebih memprioritaskan dirinya atau keluarganya untuk berpergian haji, beberapa dari mereka juga sangat menyukai kericuhan dengan dalil agama yang diasumsikan benar, beberapa di antaranya sangat suka melakukan tindakan-tindakan yang diluar dugaan.

Terlebih masyarakat Betawi ini dikenal dengan jargon "Muke udik, rejeki nyentrik" dan prinsip seperti "Mangan orang mangan asal ngumpul" itulah yang membuat masyarakat Betawi sangat menikmati hidup dan tidak terlalu ambisius, keunikan mereka adalah sangat suka bersosialisasi/berkumpul satu sama lain dengan golongan apapun itu.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.